Oleh: Iqbal Maulana, S.Pd
Muhammad Balqi adalah fress graduation STIT Ya’mal Tangerang. Awal tahun 2020 Balqi harus berjuang untuk menuntaskan studinya,
yaitu dengan mengambil sebuah penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 1 Kemiri Kab. Tangerang. Sebelumnya Balqi sudah menyusun proposal penelitian dan mempersiapkan jadwal kunjungan serta penelitian tindakan kelasnya.Takdir berkata lain, pada awal maret 2020 pemerintah pusat mengambil kebijakan lockdown, yakni berdasarkan surat keputusan presiden dan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan terhadap beberapa aspek kehidupan, tidak terhindari dunia pendidikan pun mendapatkan impak dari pandemi covid-19 yang melanda bumi Indonesia.
Akibat dari itu semua, rencana Balqi yang telah disusun matang mengalami kegagalan. Pada akhirnya rencana tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik. Alih-alih ingin menuntaskan studinya dengan cepat, Muhammad Balqi langsung memutar otak dan menyusun ulang rencana penelitian yang akan dilaksanakannya di sekolah tersebut.
Rencana awal penelitian tindakan kelas dilakukan dengan sistem tatap muka. Dikarenakan oleh situasi yang tidak memungkinkan, akhirnya diubah dengan sistem online, yaitu dengan bantuan beberapa aplikasi seperti grup whatsApp sebagai pembukaan dan perkenalan, zoom meeting sebagai sarana pemaparan materi berupa tindakan kelas dan google formulir sebagai alat bantu evaluasi dan kuesioner (umpan balik).
Hal pertama yang Balqi lakukan adalah berkonsultasi dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kepala sekolah dan guru pamong. Alhamdulillah pihak sekolah sangat menerima dan memberikan masukan yang baik untuk keberhasilan PTK Balqi.
Pada minggu pertama Balqi langsung bergerak untuk membuat grup whatsApp dan mengumpulkan peserta didik yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Namun apa yang terjadi? Ternyata tidak semua siswa memiliki gawai.
Kemudian Balqi melakukan mediasi dan berkonsultasi kembali dengan pihak sekolah tentang masalah tersebut. Pihak sekolah memberikan solusi bahwa, setiap siswa yang memiliki gawai untuk dapat berkelompok dengan siswa yang tidak memiliki gawai, mereka harus berkolaborasi dan bekerja sama untuk dapat mengikuti pembelajaran secara online.
Waktu yang diberikan kampus dalam penyelesaian laporan penelitian tindakan kelas adalah selama 4 (empat) bulan. Pada bulan pertama, tepatnnya minggu pertama bulan april. Siswa yang berada di grup whatsApp hanya ada 20 (dua puluh) orang siswa. Berjalan hari demi hari, tepat dua minggu berikutnya siswa mengalami peningkatan yang signifikan hingga akhirnya pada akhir bulan pertama siswa yang masuk ke dalam grup whatsApp mencapai 100 (seratus) orang.
Setelah dipastikan semua siswa bergabung dalam satu grup, Balqi mulai melakukan perkenalan dan sosialisasi atas kegiatan penelitian tindakan kelas serta kegiatan belajar dengan sistem daring.
Pada hari berikutnya Balqi menyampaikan materi-materi pelajaran yang akan dijadikan sebagai penelitian tindakan kelasnya. Para siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran di grup whatsApp. Ketika dilakukan evaluasi para siswa segera mengerjakan dengan bergembira.
Pembelajaran yang dilakukan Balqi di grup whatsApp adalah dengan menggunakan chat, voice note, media gambar dan video. Hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran dengan menggunakan whatsApp adalah siswa tidak sepenuhnya hadir dalam kelas tepat waktu. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor: pertama, kuota internet siswa tidak tersedia. Kedua, gawai siswa sedang dipakai oleh orang tua atau saudara kandungnya. Ketiga, terkendala sinyal atau jaringan.
Akibat beberapa kendala tersebut, para siswa banyak yang melakukan chat kepada Balqi untuk meminta penjelasan ulang atas materi yang telah disampaikan di grup whatsApp. Meskipun demikian, Balqi tetap sabar dan berusaha untuk memberikan pemahaman kepada siswa-siswi yang bertanya, agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Memasuki bulan kedua, Balqi mencoba memberikan materi kepada siswa melalui aplikasi zoom meeting. Zoom meeting adalah aplikasi yang digunakan sebagai sarana penunjang pembelajaran secara daring, yang banyak digunakan pada masa pandemi covid-19. Selain zoom meeting sebenarnya masih banyak aplikasi-aplikasi lainnya yang serupa, di antaranya: google meet, webex, microsoft teams dan masih banyak yang lainnya.
Sepekan sebelum pembelajaran menggunakan aplikasi zoom meeting, siswa siswi diberikan arahan dan tutorial cara pengoperasian aplikasi zoom meeting. Balqi memberikan informasi tata cara instal, sign up dan sign in pada aplikasi tersebut. Dari seratus orang siswa, yang berhasil login ke aplikasi hanya 60% atau 60 (enam puluh) orang siswa, selebihnya tidak dapat menginstal dikarenakan kapasitas memori gawai tidak memadai, siswa tidak memiliki akun gmail dan sebagian lainnya tidak memiliki kuota yang cukup.
Berdasarkan hal tersebut, proses pembelajaran menggunakan aplikasi zoom meeting hanya dihadiri oleh 60 (enam puluh) siswa saja. Sebagian lainnya mendapatkan materi dari hasil rekaman webinar zoom yang dibagikan Balqi di dalam grup whatsApp.
Kita tahu bahwa, sekolah tersebut berada di daerah pedesaan yang mayoritas masyarakatnya adalah seorang petani, pedagang dan buruh. Sehingga perekonomian di daerah tersebut masih tergolong rendah. Jangankan untuk membeli gadget yang bagus spesifikasinya, untuk makan sehari-hari pun mereka pas-pasan. Selain dari faktor ekonomi, ketersediaan jaringan internet di daerah tersebut juga masih minim. Hal tersebut membuat pembelajaran secara daring tidak dapat berjalan secara maksimal.
Untuk menyiasati masalah tersebut, Balqi akhirnya mengambil kebijakan bersama siswa-siswi, yaitu pembelajaran secara daring dengan menggunakan aplikasi grup whatsApp. Mengapa grup whatsApp? Karena aplikasi tersebut akan menyimpan materi lebih lama dan tidak bergantung durasi. Berbeda halnya dengan menggunakan zoom meeting, apabila signal buruk, maka pembicaraan seorang guru akan tersendat, yang pada akhirnya materi tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Pada bulan ketiga Balqi memulai untuk mengevaluasi hasil pembelajaran secara daring yang telah dilakukan selama satu bulan terakhir. Media yang dilakukan untuk bahan evaluasi adalah dengan menggunakan google formulir, di mana pada form tersebut telah disusun berbagai macam pertanyaan yang berasal dari materi yang telah disampaikan Balqi kepada siswa-siswi. Setelah pertanyaan selesai dibuat, langkah berikutnya adalah menyebarkan link evaluasi kepada siswa-siswi melalui grup whatsApp.
Setelah dilaksanakan evaluasi, maka Balqi langsung mengoreksi lembar jawaban siswa yang telah selesai dikerjakan. Hasil yang didapatkan setiap siswa berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kepahaman dan kedisiplinan siswa dalam membaca materi yang telah disampaikan.
Masih dalam bulan ketiga, tepatnya minggu kedua. Balqi menyebarkan angket/kuesioner terhadap penelitian tindakan kelas yang ia lakukan kepada para siswa-siswi. Alhamdulillah respon para siswa sangat baik dan antusiasme dalam menjawab setiap kuesioner pun sangat membantu bagi Balqi.
Kuesioner yang dibagikan Balqi kepada siswa-siswi tidak cukup dengan satu kali. Untuk menguji hipotesis dan meyakinkan hasil pengujian tersebut, Balqi meminta siswa-siswi untuk menjawab kuesioner penelitian hingga empat kali dalam kurun waktu yang berbeda.
Setelah dirasa cukup dalam pengambilan sampel dari responden, selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengujian dan perhitungan atas sampel yang telah terkumpul dari para siswa-siswi (responden). Hingga pada akhirnya dapat menghasilkan jawaban atas penelitian tindakan kelas yang dilakukan.
Pandemi covid-19 secara tidak langsung memberikan pembelajaran dan pengalaman kepada para pendidik untuk dapat melek teknologi, berdaya cipta dan tetap memberikan kontribusi yang besar bagi terwujudnya pendidikan yang berkualitas.
Pandemi covid-19 tidak boleh dijadikan alasan untuk kita dapat melakukan yang terbaik. Seharusnya yang dilakukan oleh seorang pendidik adalah mengembangkan kemampuan yang dimiliki, yaitu kemampuan untuk berinovasi dan melakukan gerakan nyata agar terciptanya generasi emas Indonesia meskipun dalam keterbatasan ruang.
Kita berada pada tahap revolusi industri 4.0, yang mana kecepatan teknologi tidak dapat dibendung lagi keberadaannya. Sepatutnya kita ikut bertransformasi untuk dapat memanfaatkan teknologi yang tersedia, sudah saatnya pendidikan beralih dari media konvensional kepada penggunaan media teknologi yang mumpuni. Meskipun teknologi tidak sepenuhnya dapat menggantikan seorang pendidik, namun pendidiklah yang harus memaksimalkan media teknologi untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Dengan peristiwa pandemi covid-19 ini, kita dapat mengambil hikmah dan pembelajaran bahwa, kita diharuskan untuk terus bersyukur atas nikmat yag telah diberikan olehNya, dan kemampuan memberikan manfaat, berdaya saing dengan memaksimalkan pengetahuan dan sumber daya yang tersedia. Tidak mudah berputus asa, mencoba dan terus berikhtiar untuk dapat mengembangkan kemampuan diri agar tidak tertinggal oleh suatu peradaban.
Tangerang, 07 Februari 2021
0 komentar:
Posting Komentar