Rabu, 17 Februari 2021

Hari Kesembilan "Kriteria Orang Tua"

 


Oleh: Iqbal Maulana

Sahutan suara ayam jago menunjukkan fajar telah terbit.

Angin semilir menusuk relung raga nan suci

Menantikan seorang pujaan hati

Kekasih jelita bak bidadari surgawi

Hari ini adalah hari kesembilan Reza menunaikan niat sucinya, yaitu mengistikamahkan salat sunah tasbih selama 40 hari.

Setelah kedatangan tamu pak Angga kemarin malam, Reza langsung mendekati ibundanya untuk meminta kriteria jodoh yang ia harapkan dari seorang anak laki-lakinya.

Sang ibu hanya tersenyum simpul tanda malu ketika ditanyakan perihal kriteria jodoh oleh Reza.

"Ibu, mau kan Reza pijat kakinya?" tanya Reza mendekati ibunda yang sedang asyik bersantai sambil menonton tayangan televisi.

"Boleh nak, kebetulan ibu sedang kurang enak badan nih" pinta ibu.

Akhirnya Reza duduk di depan ibu dan meletakan kakinya di atas paha Reza. Sambil dipijat-pijat kaki ibunda Reza berkata

"Ibu, jika kita ingin menikah apakah harus punya kriteria jodoh iya?" tanya Reza yang polos

"Sebetulnya kriteria jodoh itu tidak dikhususkan, yang terpenting adalah lihat pada agamanya, ibadahnya dan cintanya kepada keluarga kita, terutama cinta kepada ibu dan bapak. Kamu pernah mendengar hadis Nabi SAW, yang menceritakan tentang seorang sahabat yang sedang memilih seorang pendamping hidup dan meminta nasihat kepada Rasul. Kata Rasul, jika kamu ingin memilih perempuan untuk kamu jadikan sebagai seorang isteri, maka lihatlah pada empat perkara: kecantikannya, hartanya, keluarganya dan agamanya. Namun pilihan yang terbaik adalah lihat pada agamanya, agar kamu beruntung" jawab ibu

"Jika kamu memiliki kriteria jodoh, itu lebih bagus. Jika tidak punya pun tidak masalah. Lantas apa manfaatnya? Manfaatnya adalah agar kamu lebih mudah mencarinya dan mudah dalam membina rumah tangga yang kamu impikan. Contohnya: jika Reza memiliki impian untuk menciptakan keluarga yang samara, maka Reza harus memiliki kriteria jodoh harus beriman dan bertakwa, bisa membaca al-Qur'an. Itu akan menjadi modal kamu dalam mencetak generasi qur'ani dan lebih mudah dalam menuntut isteri kamu kelas menuju surgaNya" lanjut nasihat ibu kepada Reza.

"Owh seperti itu bu. Reza semakin paham sekarang. Jadi kita harus melihat pada agamanya terlebih dahulu iya bu, baru kepada kecantikannya,  keluarganya dan hartanya" 

"Iya betul nak, agar kamu tidak menyesal dikemudian hari."

"Memangnya kamu sudah ketemu sama jodohnya nak?" tanya ibunda

"Ada sih bu, cuma Reza masih memperhatikannya dari kejauhan, Reza tidak berani untuk mendekatinya" Jawab Reza dengan muka memerah menahan malu.

"Jika memang menurut Reza itu yang terbaik, silahkan kenalkan ke ibu dan bapak, biar nanti ibu dan bapak memberikan masukan untuk Reza"

"Baik bu, nanti jika waktunya sudah tepat iya"

Kliring.kliring.kliring... Kliring.kliring.kliring... bunyi telpon Reza di kamar.

"Ibu maaf Reza mau mengangkat telpon dahulu" Reza beranjak dari sofa sambil menurunkan kaki ibundanya.

"Yasudah sana, siapa tau penting" ucap ibu

***

"Assalamualaikum" Suara disaluran telpon

"Wa'alaikumussalam, ini siapa?" tanya Reza karena nomor kontak tidak ada nama

"Ini lusi. Apa kabar kamu Reza?"

"Owalah ka Lusi.. Alhamdulillah aku baik ka. Ka Lusi sendiri bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik juga. Ibu sama bapak sehat kan? sudah lama tidak berjumpa"

"Alhamdulillah mereka pada sehat semua ka"

Lusi adalah teman sekelas Reza di bangku kuliah dulu. Ia sekarang sudah menjadi wanita karir di salah satu perusahaan besar di Kalimantan.

"Reza kamu mau tidak aku kenalkan dengan seorang perempuan.  Dia temen satu kantor aku, orangnya cantik dan rajin ibadahnya"

"Apa sih kamu ka. Tiap kali ketemu selalu menjodoh-jodohkan aku."

"Beneran kamu mau tidak?. Kalo mau nanti aku kirimkan nomor whatsAppnya ke kamu"

"Baiklah, jika ka Lusi memaksa" jawab Reza.

"Oke nanti aku kirim nomornya lewat WA kamu iya. Yasudah aku harus meeting sama klien, salam sama ibu dan bapak iya,. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam Warahmatullah. Dia yang telpon malah dia yang duluan pamit. Ka Lusi emang wanita super sibuk" gerutu Reza sambil meletakkan gawainya.

***

Begitulah kisah Reza di hari kesembilan ini, mendapatkan wejangan tentang kriteria yang diharapkan oleh orang tua.

0 komentar:

Posting Komentar