Rabu, 17 Maret 2021

Hari Ketiga Puluh Tujuh "Datang untuk Pergi"


 Oleh: Iqbal Maulana

Embun di pagi buta, engkau hadir menyejukkan qolbu nan lara. hati yang bergolak dengan beban derita.

Cinta, mengapa kau hadir di saat yang salah? Mengapa kau tiba di waktu yang bersamaan? Mengapa kidung cinta tak muncul pada hasrat di jiwa?.

Kau bohong!

iya, kamu pembohong! Kau telah membohongi cinta suci bak bidadari surgawi. Kau hadir hanya ingin menyakiti hati, hati yang murni karena cinta sejati.

Di hari yang sejuk dan indah, Reza mendapatkan kabar dari seorang sahabat penanya, ia yang dekat dengan Nay, namun Nay tidak mengetahui hal tersebut. sahabat dekat Reza yang bernama Rahmah, ia mengabarkan kepada Reza bahwa Nay Qonita tiga hari yang lalu telah dilamar oleh seorang pemuda putra dari seorang Kiyai asal Ponorogo, Jawa Timur.

Hati yang sedang merintih kepada Ilahi, memohon petunjuk atas persoalannya. Allah jawab dengan kabar yang memberikan duka terhadap jiwa yang bimbang. 

Reza yang tidak yakin atas kabar burung tersebut, ia mencoba menghubungi Nay, untuk memastikan dan mengklarifikasi atas kabar yang ia terima dari sahabat penanya tersebut.

Reza menghidupkan gawainya, membuka buku kontak dan mencari nama Nay Qonita, kemudian ia menekan tombol telepon untuk menghubunginya.

"tuuuutt.tuuuutt.tuuuuut" bunyi sambungan telepon Reza. Panggilan yang tak kunjung ditanggapi membuat hati Reza semakin berdetak tak menentu dan membuat jiwa kelabu.

"Angkat dong Nay teleponnya" gumam Reza dalam hati

"Maaf, nomor telepon yang Anda tuju tidak menjawab, silahkan ulangi beberapa saat lagi" jawaban dari operator seluler atas panggilan yang tak terjawab.

Perasaan Reza yang semakin memuncak, tak menghiraukan keadaan sekitar. Reza kembali mengulangi panggilan kepada Nay Qonita dengan gawainya.

"tuuuut...tuuuut...tuuuut" 

"Maaf, nomor yang Anda tuju tidak menjawab, silahkan ulangi beberapa saat lagi" jawaban yang sama Reza terima dari operator selulernya.

"Ya Allah, apakah ini sebuah jawaban yang Engkau berikan kepadaku atas keputusan yang harus aku ambil?" ucap Reza merintih terduduk seketika lemas

Kemudian Reza mencoba untuk mengirimkan pesan singkat kepada Nay melalui nomor WhatsAppnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kepada bidadari surgawi yang Allah ridhai. Nay aku tak tahu harus bertanya apa kepadamu?, aku tak tahu harus mengawali percakapan dari mana?. Tolong angkat telepon yang aku tuju untukmu, aku yang sedang menunggu suara darimu, suara kebenaran dari lisanmu. Tolong angkat telepon aku Nay. Aku mohon kepadamu" Begitulah isi pesan yang Reza tulis untuk Nay Qonita.

Reza yang hampir gila akan kabar tersebut. Ibunda selalu mendampingi Reza untuk menguatkan dan memberikan ketenangan.

Ibunda menasihati dan menguatkan hati Reza yang sedang lara. Duka yang harus dialami oleh Reza di tengah penantian terindah.

"Nak, ayo kamu makan dulu, jika kamu tidak makan, nanti kamu sakit bagaimana? Ibu tidak ingin kamu sakit gara-gara hal ini. Ayo nak, makan dulu sedikit saja, buka mulutnya, nak" ucap ibu sambil membujuk dan menyuapi sesendok nasi kepada Reza agar ia mau mengisi perutnya yang kosong selama dua belas jam.

Reza hanya terdiam dengan tatapan kosong pada bola matanya. Ia tak membuka mulutnya sedikit pun, karena rasa haus dan dahaga seketika hilang dalam tubuhnya.

Meskipun demikian, Reza tetap melaksanakan salat tasbih, mesti rasa haus dan lapar hilang dalam dirinya. Ia tetap melaksanakan ibadahnya dengan baik. Karena ia tahu bahwa ridha Allah terletak dalam keimanan dan ketakwaan seorang hamba.

Pada hari ketiga puluh tujuh Reza memperoleh makna bahwa setiap yang datang pasti akan pergi, setiap yang hidup pasti akan mati, dan setiap yang berjaya pasti akan tersungkur.

Hanya Allah-lah yang dapat membolak-balikan hati manusia, yang mengatur setiap hidup manusia. Dialah yang memberikan jawaban dengan penuh hikmah dan pelajaran kepada hambanya yang ia cintai.

***

0 komentar:

Posting Komentar