Minggu, 30 Mei 2021

ISTIKAT -Bagian 4

 

Istikat Bagian 4

Oleh: Iqbal Maulana

"Manusia berkehendak, Allah SWT yang menentukan."

Perjalanan di hari keempat, Arifin diundang oleh seorang guru untuk bersilaturahmi ke rumahnya. Arifin dan ibundanya memenuhi undangan tersebut dengan niat untuk menjalin silaturahmi. Perjalanan yang lumayan jauh namun, tidak mengurangi rasa takdzim kepada sang guru.

Dalam perjalanan, hati Arifin begitu tenang. Tak banyak yang ia obrolkan melainkan dengan zikir dan shalawat ke atas Nabi Muhammad SAW.

Sesampainya di rumah sang guru. Arifin disambut hangat oleh sang Guru. Arifin adalah murid kesayangan Abah Yai. Arifin sudah dianggap seperti anak sendiri oleh sang guru.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" Ucap Arifin dan ibunda. 

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Barakallah Arifin." Arifin sungkem kepada Abah Yai dan peluk hangat.

"Ummi apa kabar?, Bagaimana Jakarta Aman, Ummi?" Tanya Abah Yai kepada ibunda Arifin

"Alhamdulillah sehat pak Kiyai. Jakarta  sama seperti biasa, banyak kemacetan dan polusi udara yang tidak sehat Abah Yai". tutur Ibunda Arifin.

"Maa Syaa Allah, harus banyak-banyak bersabar dan berlibur ke sini ummi." Guyon Abah Yai.

"Insya Allah, Abah Yai kami akan sering-sering sowan".

Siang yang cerah, udara sejuk pegunungan, gemericik air kolam ikan menentramkan hati dan menambah suasana senang nan bahagia.

Abah Yai dan Arifin berbincang-bincang dan mendengarkan nasihat agama yang disampaikan oleh Abah Yai. Abah Yai yang memang seperti itu, siapapun yang datang berkunjung pasti beliau memberikan sedikit wejangan dan nasihat agama.

"Pemuda yang telah cukup usia dan ia mampu untuk melakukan pernikahan, maka kata nabi hukumnya wajib ia menikah. Namun jika pemuda itu telah cukup usia dan belum mampu untuk membina rumah tangga maka, hukumnya menjadi haram dan disunnahkan untuk berpuasa menahan dari kemaksiatan". Begitulah nasihat dari Abah Yai.

Arifin yang mendengar nasihat tersebut merasa terpukul dirinya, dan sontak hatinya bergeliat bercakap-cakap.

"Apa yang membuat saya enggan menikah? kenapa saya menunda-nunda untuk melaksanakan sunnah Rasulullah? tapi jodohnya kan belum ditunjukkan sama Allah. Apa benar dia jodohku? Bagaimana saya harus memulainya? Apa saya terima ajakan ta'aruf dengannya sesuai perintah ummi? Tapi saya belum mengenal betul perempuan tersebut. Bagaimana saya bisa menerimanya? Bagaimana saya coba mencari tahu tentangnya." Ucap Arifin di dalam hatinya.

Bergejolak hati Arifin menerima pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam dirinya. Arifin tidak ingin menyesal atau bahkan melakukan perpisahan di tengah jalan. Janji setia dalam dirinya adalah melakukan pernikahan sekali seumur hidup dengan sakinah mawaddah warahmah. Itulah azam Arifin kepada Tuhannya Allah SWT.

Pernikahan tidak hanya mempersatukan dua insan yang berbeda. Menikah adalah mempersatukan dua keluarga besar berserta dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan. Pernikahan adalah ibadah yang dijadikan sebagai ladang pahala dan amal kebajikan bagi dua insan yang dipersatukan. Membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah, memperbanyak keturunan dan saling berkasih sayang antara keduanya.

Ketika dalam lamunannya, Arifin ditepuk pundaknya oleh Abah Yai

"Arifin, Bagaimana menurut kamu, boleh tidak jika seperti itu?" ucap Abah Yai sambil menepuk pundak Arifin 

Tersontak Arifin tersadar dari bayang-bayang memikirkan pernikahannya, dan mengucapkan apa yang tidak semestinya.

"Iya bah, boleh, boleh?" jawab Arifin

"Betul boleh Arifin, menikahi perempuan lebih dari 4?" Tanya Abah Yai

"Astaghfirullah... maksud saya batas maksimalnya 4 Abah, dan dengan syarat harus berlaku adil terhadap semua istrinya. Jika suami ingin menikah lebih dari 4 perempuan maka tidak diperbolehkan oleh agama".  Jawab Arifin malu, karena telah tidak fokus dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Abah Yai.

"Nah, jadi jelas iya, di dalam QS. Annisa [4]: 3 yang artinya 'Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat' sampai sini paham" Lanjut nasihat abah Yai kepada Arifin.

***

Setelah 4 jam berlalu, akhirnya Arifin pamit untuk pulang kepada Abah Yai. Sebelum pulang Abah Yai menanyakan satu hal, kepada Arifin tentang calon istri yang akan dipinangnya. Akhirnya Arifin menjelaskan tentang sosok wanita pilihan ibundanya kepada Abah Yai, dan mendapatkan restu, meskipun ada satu hal yang perlu diambil nasihatnya oleh Arifin, yaitu selalu bersabar. Sebab, di balik ini semua ada keberkahan Allah yang akan kau terima. Jalankan, Insya Allah ini jodohmu yang terbaik. Lakukan terus istikharah untuk memperoleh petunjuk dari-Nya.


Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar