Senin, 17 Mei 2021

ISTIKAT -Bagian 2

 

Istikat Bagian 2



Oleh: Iqbal Maulana


Ku bertanya kepada langit yang kelam
Awan hitam pekat setelah terseret air jagat
Bagaimana alam hendak bersahabat
Jika kau tak memiliki harkat dan martabat

Silaturahmi penuh Keberkahan.

Hari itu tepat pada tanggal 14 Mei 2021, sehari selepas hari raya Idul Fitri 1442 H. pukul 10.00 WIB
Seorang sahabat karib ibunda Arifin yaitu bernama ibu Endah, ia bersilaturahmi mengisi libur di hari raya. Banyak hal yang mereka perbincangkan, hal itu dikarenakan mereka sudah lama tidak bertemu.
"Jeung gimana Arifin, kapan dia mau nikah?" tanya ibu Endah
"Belum tau, bu Endah sebab Arifin belum pernah mengenalkan satu perempuan pun ke saya" Ujar ibunda Arifin. "Bu Endah punya kenalan anak perempuan yang masih gadis tidak?" Lanjut ujar ibunda Arifin.
"Saya ada keponakan Jeung. Anaknya shalihah, pendiam, dan jarang keluar rumah. Kalaupun keluar hanya sekedarnya saja"
"Beneran, bu Endah?" "Coba nnti saya tawarkan ke Arifin apakah dia mau jika diajak ta'aruf".
"Baik jeung, nanti kalau ada waktu kita silaturahmi ke sana, supaya jeung tahu dengan keponakan saya itu, bagaimana?"
"Waaah boleh itu, nanti saya kabari lagi iya bu Endah". sahut ibunda Arifin.
Ibu Endah dan ibunda Arifin terus berbincang-bincang mengenai kisah masa kecil mereka, dan pukul 14.00 WIB ibu Endah izin pamit pulang, karena ada urusan lain yang harus diselesaikan.
"Jeung pamit iya sudah lama juga ini kita ngobrolnya, lain waktu kita lanjut lagi iya"
"Baik bu Endah, terima kasih sudah mau mampir ke  gubuk saya yang kecil ini" 
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, hati-hati bu Endah".

Perundingan Arifin dan Ibunda

Sore yang cerah, diiringi semilir angin menggoyangkan tanaman pagar depan rumah. Melepas kepergian sahabat karib yang lama tak bersua. Alam seolah ingin bercerita bahwa hari itu adalah hari yang bahagia. Hari yang penuh keberkahan dan kesyukuran di hari raya.

Tidak lama, ada seseorang yang datang dengan memakai sepeda motor berwarna merah dan memarkirkan motornya tepat di depan rumah ibunda Arifin.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, Arifin lama sekali kamu nak pulangnya, ibu sampai khawatir. Ayo masuk, ibu punya kabar gembira untukmu"
"Iya bu, tadi di jalan macet banget. Jadi pulangnya kesorean. Kabar gembira apa nih bu?, jadi penasaran Arifin, bu".

Kasih ibu tak pernah putus meski anaknya telah beranjak dewasa, ia tetap menganggapnya sebagai anak kecil yang butuh kasih sayang orang tuanya. Rangkulan ibu memang sangat dibutuhkan sebagai penguat dalam menjalankan setiap beban di dalam kehidupan dunia.
Arifin dan ibunda berjalan menuju ruang tamu dan duduk di sofa dekat televisi.
"Kabar gembira apa bu, ayo ceritakan ke Arifin sekarang." Ucap Arifin yang penasaran dengan kabar baik yang akan disampaikan oleh ibundanya.
"Tapi janji kamu jangan kaget iya" Ejek ibu kepada Arifin
"Insya Allah, Arifin siap. Janji" kata Arifin sambil mengangkat dua jari, jari telunjuk dan jari tengah.
"Jadi gini, tadi ada sahabat ibu silaturahmi ke sini, dan dia punya keponakan perempuan, apakah kamu mau jika ibu kenalkan ke kamu?" tanya ibu. "Kamu sudah ada teman perempuan spesial belum?" lanjut tanya ibu.
Arifin langsung terdiam. "Bagaimana bisa seperti ini, ibu sampai turun tangan untuk mencarikan pasangan untukku" gumam Arifin dalam hati.
"Nak, gimana mau tidak?" tanya Ibu mengagetkan obrolan hati Arifin.
"Iya, gimana ibu, Arifin masih belum paham maksudnya?" sontak tersadar Arifin dari lamunannya
"Kamu itu kalo orang tua ngomong iyo di dengerin toh, piye iki? Gusti. Gusti" Gerutu Ibu kepada Arifin.
"Gini loh, Nak. Sahabat ibu punya ponakan perempuan, kemudian dia mau dijodohkan sama kamu, apakah kamu mau?" Lanjut ucap ibu menegaskan pertanyaannya.
"Iya kalo menurut ibu itu baik, kenapa tidak. Tapi ibu sudah lihat perempuan tersebut, seperti apa dan bagaimana kepribadiannya?" 
"Ibu belum tahu, nak. Sebab ibu juga baru dikasih tahu sama sahabat ibu, lagi pula ibu ingin kamu tahu dulu dan setuju dulu." 
"Baik kalo seperti itu, alangkah baiknya kita cari tahu dulu bu, agar semuanya jelas" Ujar Arifin.
"Baik, Nak. Nanti kita main ke sana untuk bersilaturahmi sekalian kenalan. Bagaimana?" Tanya ibunda 
"Baik, bu. Arifin ikut ibu saja gimana baiknya". 

Seperti itulah karakter dan watak Arifin kepada ibundanya. Dia tidak akan mampu untuk berkata TIDAK!. Sebab dia yakin firasat seorang ibu tidak akan pernah salah untuk anak-anaknya. 

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar