Sabtu, 26 Desember 2020

Kenangan Indah Bersamamu



Kenangan Indah Bersamamu
Dokumen Pribadi


Romansa cinta yang berujung kepada kasih sayang yang hakiki, untuk mengharapkan rida dari Ilahi Robbi


Bandung 2016 menjadi saksi bisu perjumpaan antara Kamu dan Aku. Tempat itu memiliki sejarah antara Indonesia dan cinta Bagas dengan Suci.
Iya, tempat itu adalah Gedung Asia Afrika Bandung atau dikenal juga sebagai Gedung Museum Konferensi Asia Afrika.

Kisah cinta dua insan manusia tersebut, berawal dari pertemuan antara Bagas dan Suci dalam kegiatan Study Tour yang diadakan oleh masing-masing Sekolah.

Pada siang hari, sekitar pukul 13.00 WIB. Ketika itu Bagas sedang berjalan mengelilingi Museum Konferensi Asia Afrika untuk mengerjakan tugas laporan Study Tour. Namun tiba-tiba Bagas mengalami sakit perut yang hebat, akibat terlalu banyak makan-makanan pedas.

“Ren, Rendi..” sahut Bagas sambil menepuk bahu Rendi teman satu kelompoknya.

“Iya, Bas, kenapa?” jawab Rendi kebingungan

“Aku kebelet nih, mau ke toilet. Kamu tolong gantikan tugas Aku dahulu iya” Kata Bagas sambil memberikan perlengkapan berkas laporan kepada Rendi dan kemudian Dia lari menuju toilet terdekat.

“... Buset dah itu anak, kebelet banget iya?, belum juga Saya jawab”. Rendi menggerutu sambil menangkap perlengkapan yang dilempar oleh Bagas.

Kemudian Bagas berlari menyusuri lorong mencari toilet terdekat. Karena saking kebeletnya Dia berlari tanpa kontrol. Ketika hendak melewati simpang empat di lorong Museum, tiba-tiba... 

“Gubrakk...” semua perlengkapan Suci terjatuh dan tidak disadari Id-Card Bagas terjatuh. Tanpa meminta maaf Bagas langsung berlari menuju toilet.

“Kalo jalan hati-hati dong, di lorong sempit malah main lari-larian” kata Suci dengan nada kesal sambil mengambil perlengkapannya yang terjatuh.

“Id-Card milik siapa ini? Nama: Bagas Bratawijaya, SMA: Kusuma Negara Jakarta.” Ujar Suci sambil mengambil dan menyimpan Id Card tersebut.

Kemudian Suci melanjutkan perjalanannya menyusuri lorong untuk menuju Museum.

Tiga puluh menit kemudian, Bagas baru saja selesai buang hajatnya, dan belum sadar jika Id Cardnya terjatuh. Dan Dia langsung menemui Rendi untuk mengambil perlengkapannya kembali.

“Mana Ren, perlengkapan Aku” dengan nada santuy.

“Ini perlengkapan Kamu Bas” sambil memberikan perlengkapannya kepada Bagas.

“Id-Card Kamu mana Bas?” lanjut tanya Rendi kepada Bagas.

“Ya Tuhan, kemana Id-Card Aku?” jawab Bagas sambil menepuk-nepuk kantung baju dan celana. “Waduh sepertinya Id-Card Aku jatuh pas tadi menabrak perempuan itu” lanjut Bagas menggerutu.

“Apa Bas? Menabrak perempuan?” sahut Rendi dengan nada penasaran

“Iya, Ren. Jadi tadi pas Aku mau pergi ke toilet di tengah perjalanan Aku menabrak seorang perempuan, sepertinya Dia bukan siswa sekolah kita” Jawab Bagas sambil menghela nafas kebingungan.

“Ya sudah kalo seperti itu kita cari perempuan itu, siapa tahu Dia menemukannya” ujar Rendi memberikan solusi kepada Bagas. Dan Bagas terdiam tak menjawab

“Ayo kita cari Dia, Bas!” kata Rendi sambil menarik Bagas untuk mencari perempuan tersebut.

Tiga puluh menit berlalu, Bagas dan Rendi tak kunjung menemukan seorang perempuan yang dimaksud oleh Bagas. Kemudian Bagas dan Rendi berhenti untuk beristirahat di pojok ruang Konferensi Meja Bundar. Tidak lama terdengar suara di sepiker tanda pengumuman dari petugas informasi Museum.

“Mohon perhatian kepada seluruh pengunjung Museum Asia Afrika, bahwa telah ditemukan Id-Card dengan Nama Bagas Bratawijaya, dari SMA Kusuma Negara Jakarta, diharapkan untuk menuju bagian informasi terima kasih. Saya ulangi telah ditemukan Id-Card atas nama Bagas Bratawijaya dari SMA Kusuma Negara Jakarta diharapkan untuk menuju bagian informasi, terima kasih” ujar petugas informasi dengan menggunakan sepiker.

“Bas, dengar tidak itu?” tanya Rendi kepada Bagas.

“itu nama Kamu bukan yang dipanggil, ayo kita ke sana sekarang” lanjut Rendi sambil menarik Bagas menuju bagian informasi Museum.

Sesampainya di bagian informasi Bagas langsung menyapa petugas yang berada di sana

“Selamat siang Pak”. 

“Selamat siang,Dek. Ada yang bisa Kami Bantu?”

“Saya Bagas Bratawijaya, pemilik Id-Card yang tadi Bapak sebutkan menggunakan sepiker ” ujar Bagas kepada petugas informasi

“Oh jadi Kamu pemiliknya, silakan Kamu temui perempuan itu untuk mengambil Id-Card Kamu” jawab petugas informasi sambil menunjukkan jarinya kepada perempuan yang sedang berdiri menghadap ke jendela Museum

“Baik Pak, terima kasih atas informasinya Pak” sahut Bagas dan Rendi

“Sama-sama”

Selanjutnya Bagas dan Rendi menghampiri perempuan yang sedang berdiri asyik memandangi lalu lintas dari jendela Museum.

“Permisi Kak” ucap Rendi dan Bagas

“Iya, kenapa?” jawab Suci spontan karena belum kenal dengan Bagas dan Rendi.

“Maaf Kak, Saya Rendi dan ini teman Saya Bagas, Dia yang kehilangan Id-Cardnya ketika hendak ke toilet” ujar Rendi dengan nada pelan dan penuh malu.

“Oh jadi Kamu yang namanya Bagas, yang sudah menabrak Saya dan lari begitu saja tanpa meminta maaf?” ucap Suci dengan nada sedikit tinggi.

“Iya Kak, Aku Bagas yang tadi menabrak kakak ketika Aku hendak ke toilet, Aku minta maaf sekali kepada Kakak” jawab Bagas 

“tapi jujur, itu tidak disengaja kok Kak, karena tadi Aku terburu-buru ingin membuang air besar (BAB). Sekali lagi Aku minta maaf iya ka” lanjut ucap Bagas dengan nada memohon dan mengakui kesalahannya.

“Mudah sekali Kamu meminta maaf, Semua barang bawaan Saya berantakan gara-gara kamu, dan Kamu lari begitu saja” Suci emosi kepada Bagas

“Lain kali jika berjalan di lorong sempit Kamu harus lebih berhati-hati”. Tandas Suci

“Iya Kak, sekali lagi Aku mohon maaf sama Kakak” jawab Bagas dengan nada memohon

“Baiklah jika seperti itu, Kamu Aku maafkan, tapi ingat lain kali tidak mengulangi hal yang sama, di mana pun itu” Suci menasihati Bagas

“Baik Kak, Aku janji tidak akan berlarian di jalan yang sempit lagi” janji Bagas dengan nada lembut 

“Ini Id-Card Kamu” ujar Suci sambil memberikan Id-Card Bagas.

“Baik Kak, terima kasih banyak iya Kak, sekali lagi Aku minta maaf dan berterima kasih kepada Kakak karena sudah menemukan dan menjaga Id-Card Aku ini” sahut Bagas dengan spontan menarik tangan Suci. Kemudian Suci langsung menarik tangannya kembali.

“Maaf Kak” ujar Bagas

“…” Suci tak berkata apapun hanya menganggukkan kepala saja.

“Kalau boleh tahu siapa nama Kakak?” lanjut tanya Bagas kepada Suci sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Suci

“Nama Saya Suci Permata Sari, panggil saja Suci” jawab Suci membalas uluran tangan Bagas.

“Baik Kak Suci terima kasih atas bantuannya” ucap Bagas kepada Suci

“Sama-sama, panggil saja Suci tidak perlu pakai Kak, karena Saya masih kelas satu SMA” sahut Suci dengan jutek 

“Maaf Saya izin pergi terlebih dahulu, karena Saya sudah ditunggu oleh teman-teman dan Guru Saya” ujar Suci sambil berjalan menuju pintu keluar. 

“Tunggu Kak Suci, eh Suci maksud Aku. Bolehkah Aku meminta nomor telepon Kamu?” ucap Bagas menghalangi jalan Suci sambil memberikan pena dan secarik kertas kepada Suci yang hendak menuju pintu keluar.

Kemudian Suci menuliskan nomor teleponnya di kertas tersebut. “Ini nomor Saya, maaf Saya harus segera menuju bus karena sudah ditunggu rombongan” sambil memberikan kertas dan pena kepada Bagas, kemudian Dia berlari menuju pintu keluar Museum.

“Terima kasih Suci”. Teriak Bagas kepada Suci sambil melambaikan tangan.

Setelah itu, Bagas dan Rendi berbincang sambil berjalan menuju pintu keluar Museum.

“Wah hebat Kamu Bas, baru juga kenal sudah dapat nomor teleponnya saja” ucap Rendi sambil meledek Bagas. Dan Bagas hanya tersenyum-senyum sendiri layaknya orang yang sedang jatuh cinta.

“Ayo kita pulang sudah ditunggu pak Guru tuh di bus. Ayo Bagas...!” ujar Rendi sambil menarik baju Bagas, yang masih terlena dengan Suci gadis ayu asal Bandung itu.

“Iya.iya ayo” jawab Bagas.

Dalam perjalanan pulang, Bagas mulai menyalin nomor telepon yang telah diberikan Suci Kepadanya. Dan Bagas mencoba untuk menghubungi nomor tersebut.

“Halo.. apa benar ini Suci?” ucap Bagas melalui telepon selulernya.

“Iya betul, ini siapa iya?” jawab Suci dengan nada lembut penuh tanda tanya.

“Ini aku Bagas Bratawijaya” sahut Bagas dengan nada tersipu.

“Oh iya, aku ingat. Ini nomor Kamu Bagas?” tanya Suci

“Iya ini nomor Aku Suci, tolong disimpan iya” jawab Bagas

“Oke nanti aku simpan di hpku” ucap Suci dengan nada malu.

Ketika mereka berdua sedang asyik mengobrol, cuaca sekitar sedang diguyur hujan deras, dan tiba-tiba terdengar suara petir menyambar, kemudian seketika telepon Bagas dan Suci terputus.

“Hallo, hallo, Suci.. lah kok mati teleponnya?” ujar Bagas dengan penuh tanya.

Bagas kebingungan dan khawatir terjadi sesuatu kepada Suci. Akhirnya Bagas mengirimkan pesan singkat kepada Suci menanyakan perihal teleponnya yang mati secara tiba-tiba. Dan sesampainya di rumah, Bagas menerima balasan pesan singkat dari Suci yang mengabarkan bahwa telepon seluler Suci lowbet, sehingga telepon mereka berdua terputus.

***

Singkat cerita, hubungan antara Bagas dan Suci terus berlanjut sampai Bagas Lulus dari SMA, kemudian Bagas melanjutkan kuliah di Bandung. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun hubungan mereka berdua semakin erat dan telah menemukan keserasian. Dan pada tahun 2018, mereka berdua mengucapkan janji suci yang terikat dalam suatu pernikahan.

Sekarang mereka berdua menjadi keluarga kecil yang bahagia dan sudah dikaruniai 3 orang anak dari buah pernikahannya. Pernikahan dan pendidikan Mereka lakukan bersamaan tanpa mengorbankan satu dengan yang lainnya. 

~TAMAT~

0 komentar:

Posting Komentar